Rabu, 17 Oktober 2012

proposal




NILAI SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM CERPEN “DOA ISTRI PENJUAL GORENGAN” KARYA CH ENUNG MARTINA DENGAN TEORI MIMESIS

A.    PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Pengertian karya sastra adalah dunia yang sangat kompleks, yang disusun atas unsure-unsur yang sangat erat ( Kurniawan, 2009: 54). Sedangkan menurut pandangan Wellek dan Weren ( dalam Sutardi, 2011: 2), sastra dikaitkan sebagai kegiatan kreatif, sedangkan studi sastra sebagai cabang ilmu pengetahuan.

Karya sastra dilahirkan ditengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi dari pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala social yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu kehadiran karya sastra merupakan bagian dari masyarakat.

Karya sastra merupakan tiruan atau jiplakan kenyataan. Kelahiran karya sastra disebabkan usaha “mencontoh” ralitas (Sariban, 2009: 20-21). Kerja pengarang tidak lain adalah meniru objek-objek yang dilihatnya. Menurut Plato bahwa secara filosofis kerja pengarang tidak jauh dari kerja tukang yang meniru objek-objek yang sudah ada. Pengarang tidak menciptakan yang baru, tetapi meniru yang sudah ada. Karena karya sastra merupakan peniruan semata, maka mutu karya sastra lebih rendah dari mutu realitas itu sendiri.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka proposal ini akan menganalisis nilai Sosial yang terkandung dalam cerpen “Doa Istri Tukang Gorengan’ karya Enung Martina  dengan menggunakan Teori Mimesis.

Dalam  cerpen ini nilai Sosial yang bias digambarkan dari tokoh seorang istri penjual gorengan itu sendiri yaitu seoarng rakyat miskin yang harus menanggung akibat dari kenaikan harga bahan pokok yang berada dalam lingkungannya. Pelaku tokoh ini menyadari bahwa ia hanya seorang rakyat kecil yang hanya mengikuti peraturan yang ada di pemerintahan. Namun para pemerintah juga tidak pernah prihatin dengan nasib rakyat kecil, malah mereka lebih-lebihnya melakukan korupsi. Maka dari itulah yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis nilai social yang ada dalam cerpen tersebut dengan menggunakan teori Mimesis, yang bias menjadikan sebuah refleksi bagi para pembaca.


2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Rumusan Masalah yaitu Bagaimanakah nilai-nilai social yang terkandung dalam cerpen “Doa Istri Penjual Gorengan” karya Ch Enung Martina dengan menggunakan teori Mimesis?

3.      Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yaitu, Untuk mengetahui Bagaimanakah nilai-nilai social yang terkandung dalam cerpen “Doa Istri Penjual Gorengan” karya Ch Enung Martina dengan menggunakan teori Mimesis
A.    KAJIAN PUSTAKA

1.      Nilai Sosial

Menurut Soerjono Soekanto:nilai sosial adalah konsepsi abstrak tentang sesuatu yangberharga dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggapbaik dan apa yang dianggap buruk.Nilai sosial merupakan bagian penting kebudayaan. Suatutindakan dapat diterima secara moral bila sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di manatindakan itu dilakukan.

Nilai social merupakan nilai yang dianggap atau dianut oleh masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh manusia. Nilai social dipandang sebagai hal yang menyangkut ksejahteraan orang banyak ( Roesminingsih, 2005: 110).

2.      Teori Mimesis
Menurut Fananie pendekatan mimesis bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi dunia nyata(dalam Sutardi, 2011: 66). Refleksi ini karena pengarang melakukan tiruan dari realitas berdasarkan pengalaman maupun pengetahuannya. Oleh karena itu, yang ada dalam karya sastra merupakan relitas kehidupan sehari-hari yang berisi dari pengalaman sastrawan, maupun pengalaman suatu masa.

Karya sastra merupakan tiruan atau jiplakan kenyataan. Kelahiran karya sastra disebabkan usaha “mencontoh” ralitas (Sariban, 2009: 20-21). Kerja pengarang tidak lain adalah meniru objek-objek yang dilihatnya. Menurut Plato bahwa secara filosofis kerja pengarang tidak jauh dari kerja tukang yang meniru objek-objek yang sudah ada. Pengarang tidak menciptakan yang baru, tetapi meniru yang sudah ada. Karena karya sastra merupakan peniruan semata, maka mutu karya sastra lebih rendah dari mutu realitas itu sendiri.

B.     Metode Penelitian
1.      Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, dimana menggunakan analisis deskriptif dalam menganalisa cerpen ini. Metode kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat sketsa dan gambar.lam mengumpulkan data,

2.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode yaitu metode catat. Metode catat ini saya gunakan dengan cara mencatat semua dat-data yang berhubungan dengan penelitian. Data yang penulis peroleh kemudian dicatat yaitu berdasarkan kutipan dari cerprn “Doa Istri Pedagang Gorengan” dan buku-buku lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.      Teknis Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknis analisis deskripsi yaitu dengan cara mendeskripsikan realitas kehidupan yang ada disekitar dengan kehidupan yang terdapat dalam cerpen tersebut. Kemudian data ini penulis tampilkan ke dalam sub-sub pembahasan beserta synopsis cerita yang menunjukan kesesuaian yang berdasarkan teori mimesis.



DOA ISTRI PENJUAL GORENGAN
(Terinspirasi oleh Pak Krismianto, guru Seni Rupa SMP Santa Ursula BSD)
Pagi ini aku bangun seperti biasanya, jam empat subuh. Semua penghuni rumah masih terlelap dalam mimpi mereka.  Kusiapkan sarapan dan bekal makan untuk anak-anak yang akan sekolah. Seperti hari-hari biasanya sesudah beres urusan di rumah, aku pergi ke pasar tradisional untuk belanja keperluan dagangan suamiku. Suamiku seorang tukang gorengan yang mangkal di dekat terminal angkot di Tangerang.
Pasar Serpong sudah buka sejak pagi buta. Para pedagang yang berjualan di area parkir angkot sibuk melayani para pembeli yang kebanyakan para bakul yang akan berbelanja untuk dijual lagi di rumahnya atau dijajakan keliling. Kebanyakan para pembeli memang kaum hawa. Area parkir ini sampai jam enam digunakan untuk tempat mangkal para penjual sayur, buah, makanan kecil, bumbu, dll.
Aku mulai mencari barang yang akan kubeli. Karena suamiku penjual gorengan, barang yang kubeli adalah minyak curah, tepung terigu, tepung tapioka untuk campuran tepung terigu agar rasa gorengan lebih renyah dan kemeriuk, toge, wortel, kubis, daun bawang, ubi jalar, pisang uli, singkong, dan tentu saja tahu-tempe.
Ini dia masalahnya. Sesudah aku berkeliling mencari bahan-bahan tadi ternyata semua barang harganya makin naik saja. Sementara itu uang modal kami tetap sama, tidak bertambah.Wadoohh, opo iki, rek? Semua barang kok mahal.
Harga semua barang naik terus karena harga minyak dunia makin mahal. Begitu kata orang-orang. Katanya lagi bahan makanan ikut-ikutan mahal karena pengaruh minyak dunia dan juga karena global warming. Katanya sekarang lingkungan hidup makin kacau karena itu tanaman pangan pun kena akibatnya. Kan sekarang lagi ngetren global warming. Katanya lagi segala bencana yang terjadi di muka bumi ini gara-gara satu kata asing itu. Dan yang jelas semuanya itu ulah manusia begitu katanya. Kalau global warming ya itu sih tak begitu kupahami, tetapi kalau kekacauan ini ulah manusia itu sih setuju sekali.
Jadi semua orang harus mulai memikirkan bumi ini dengan berbagai cara. Salah satunya memperhatikan polusi yang dibuat oleh kendaraan yang berbahan bakar yang asalnya dari fosil. Sisa bahan bakar dari kendaraan yang berupa asap itu mengandung CO. Katanya lagi, gas itu semua menguap ke udara sampai sangat jenuh.   Lha yang menyebabkan bumi makin panas dangonjang-ganjing iki sajane sopo? Kami ini kan hanya wong cilik pembuat gorengan saja. Kamindak ngerti apa itu global  warming, tetapi yang kami rasakan bahwa hidup semakin sulit. Jadinya yang dikatakan dalam suluk dalang waktu wayangan kok jadi kenyataan, ya? Bumi gonjang-ganjing.
Lha, kula niku naming wong cilik. Bojone tukang gorengan, yang ndak pernah baca koran. Paling dengar berita dari tv, kata mbak penyiar yang ayu-ayu itu, memang segala sesuatu lagi tidak seimbang. Nah, itu dia akibat dari semua itu menimpa kami, keluarga tukang gorengan. Tentu saja aku tidak sendirian, itu sudah lama kutahu. Kami, wong cilik ini menjadi korban pertama dari semua situasi ini.
Tapi, yang mengherankan para penggede itu kok sepertinya tidak menyadari, apa lagi peduli pada keadaan ini. Mereka masih asyik dengan mainan masing-masing yang menghabiskan milyaran rupiah. Itu kata Mas Wahyu, mahasiswa yang jadi aktivis di kampusnya. Mas Wahyu itu suka beli gorengan buatan suamiku tiap pagi sebelum kuliah.
Kalau menurut Mbak Ine, karyawati di sebuah pabrik benang, katanya memang kedaan negri kita tercinta itu sudah akut. Seperti lingkaran setan gitu katanya. Waduh, kok, ya menjadi tambahserem, ya? Tapi, walaupun tanah air kacau dan bumi makin panas pun, tukang gorengan seperti suamiku itu sangat dibutuhkan. Kenapa? Lha, semua orang dari kalangan dan kelas sosial apa pun suka gorengan, je! Mungkin aku ini ge-er karena bojone tukang gorengan. Tapi kenyataannya memang begitu kan? Coba siapa yang belum pernah makan gorengan di JABODETABEK bahkan seantero tanah air tercinta ini? Tukang gorengan itu setiap saat dibutuhkan. Pagi, siang, sore, bahkan malam hari pun masih ada yang mencari gorengan.
Nah, karena itu aku bingung, kok belanja ngubek-ngubek pasar Serpong, kok semuanya  mahal. Aduh, alamat diprotes langganan ini namanya. Padahal, buruh pabrik benang itu sarapannya makan gorengan. Nanti makan siang lauknya juga gorengan. Belum lagi pelajar SMP-SMA yang naik angkot juga suka beli gorengan untuk ngemil sambil bercengkarama dengan temannya. Bahkan, ibu-ibu yang bekerja di kantor dekat suamiku mangkal itu, kalau istirahat suka borong gorengan. Bagaimana jadinya nanti. Padahal lagi, tempe tahu itu makanan favorit lho! Kata Bu Dokter di Puskesmas dekat kontrakanku, katanya sumber gizi masyarakat yang murah dan sehat. Tapi sekarang akan berubah. Waduhhh….
Karena sudah sudah siang, akhirnya kuputuskan untuk pulang ke rumah dengan belanja seadanya sesuai uang modal belanja. Kasihan Mas Karmin, akan diprotes langganannya karena harga gorengan tambah mahal. Kasihan anak-anak, uang sekolahnya akan telat lagi. Kasihan si bungsu, susunya akan tambah diencerkan dengan ditambah air banyak-banyak. Kasihan Pak Haji, uang kontrakannya akan nunggak lagi. Wah… kok, gara-gara harga minyak dan gombal warmingtadi jadinya merembet ke mana-mana, ya.
Mas Karmin sudah membereskan perangkatnya. Berangkat dengan gerobaknya. Siap mangkal dengan bahan ala kadarnya. Mas Karmin orangnya jujur. Tak mau meniru temannya yang suka mencampur minyak lama yang rupane wis ora karuan dengan minyak baru. Katanya biar ngirit. Prinsip Mas Karmin itu namanya curang. Yen curang kuwi ora apik. Temannya juga mencemplungkan plastik bekas bungkus minyak ke dalam mimyak yang panas. Katanya biar gorengannya kemeripik. Mas Karmin tak mau melakukannya karena itu ora becik, dosa, meracunipangan, hukumnya dosa. Mas Karmin adalah tukang gorengan yang paling kukagumi. Dia lelaki jujur. Dan tentu saja dia suami yang baik. Bagiku dia adalah lelaki lelanang jagat.
Aku mengantarkan Mas Karmin sampai pintu gang. Kembali ke rumah petak kami untuk beres-beres. Ini kulakukan pada saat semua sudah beres, duduk di tikar dan bersandar di tembok sambil menyelonjorkan kaki.  Si Bungsu sudah tidur, kedua kakaknya sekolah, Mas Karmin masih jualan, dan pekerjaan rumah sudah selesai. Dalam diamku aku melipat tangan dan matur kepada yang Maha Kuasa:
Gusti Allah, Yang Maha Murah,
Segala barang di pasar tak ada yang murah
Harga tak bersahabat lagi
Ya Allah, Engkau yang menciptakan alam raya
Yang kaya raya
Bantulah kami untuk bertahan dalam situasi sulit seperti ini
Untuk memperjuangkan hidup yang sudah Engkau beri
Meski semua barang harganya mahal, tapi biarlah iman kami tetap kuat
Dagangan Mas Karmin tetap bisa laku agar kami bisa melanjutkan kehidupan kami
Ingatkan kami selalu untuk selalu memelihara iman di antara harga tepung, minyak goreng, sayuran, dan kedelai yang kian naik.
Engkau memahami kesusahan ini
Mohon kekuatanmu untuk supaya kami bisa melalui ini semua dengan sesantiasa mengucap syukur.
Biarlah harapan menjadi kekuatan bagi kami untuk senantiasa berjuang dengan penuh semangat. Amin.
Dalam diam dan tanganku yang terkatup aku melebur bersama semesta untuk sampai kepada yang Maha Tinggi melepaskan segala beban. Doaku mengambang dalam udara yang beraroma pengap,  menembusnya dan menggelepar untuk  sampai pada tujuanya. Aku duduk, meski dalam pengap, aku selalu punya harapan bisa melalui satu hari saja tanpa rasa khawatir. Hari esok tak perlu terlalu dirisaukan, tetapi perlu dipikirkan. Karena yang aku tahu risau tak menyelesaikan kesusahan.
Semoga dagangan Mas Karmin bisa cepat laku. Hari ini biar dia bisa cepat pulang dan  istirahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar