Sabtu, 14 April 2012

Membahas Cerita Pendek Melalui Kegiatan Diskusi


MEMBAHASA CERITA PENDEK MELALUI KEGIATAN DISKUSI

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLqqCu-L5J_W96cWdAwf6eLpf9EKwFDkPPCcOxWGjGMne9oohGDOpZOB9_Rpqy33L12pCbhxDg-d4dOuCPtH-utBgnSN4wFC_mIllBe8grvY4IHBbTTEHeParV9VQmR_ydYpvT46GEQvip/s1600/12.gifhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipQD-HOc2SIjiqBxrInD9f9X6eO1arTMWTkvGVmZqad4Vw2lqbCI9pNc4ObHMRW6opeYDZaQ0Uk-mU-Xpp_jl4WupvWz8k9uFENyMRXVqxzhXKgDYkWLSnhbT4X4B4XIEP0WcX_9Cbw0my/s1600/5.gif

  animated119.gif

 

A. PENGRTIAN CERPEN

          Cerpen merupakan cerita yang pendek, hanya mengisahkan satu peristiwa (konflik tunggal), tetapi menyelesaikan semua tema dan persoalan secara tuntas dan utuh. Awal cerita (opening) ditulis secara menarik dan mudah diingat oleh pembacanya. Kemudian, pada bagian akhir cerita (ending) ditutup dengan suatu kejutan (surprise).

           Menurut Phyllis Duganne, seorang wanita penulis dari Amerika, cerpen ialah susunan kalimat yang merupakan cerita yang mempunyai awal, bagian tengah, dan akhir. Setiap cerpen mempunyai tema, yakni inti cerita atau gagasan yang ingin diucapkan cerita itu. Seperti halnya penamaannya, cerita pendek, cerpen ialah bentuk cerita yang dapat dibaca tuntas dalam sekali duduk.

B. UNSUR-UNSUR INTERSIK DALAM CERPEN

            Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsure-unsur yang secara faktual dapat dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik dalam karya sastra, khususnya cerpen, meliputi tokoh/ penokohan, alur (plot), gaya bahasa, sudut pandang, latar (setting), tema, dan amanat.

Berikut penjelasan mengenai unsur intrinsik.

1. Tokoh dan Karakter Tokoh

            Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.   

 Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.

          Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh protagonis.

            Ada beberapa cara penggambaran karakter tokoh dalam cerpen, di antaranya sebagai berikut.

- Melalui apa yang diperbuat tokoh. Hal ini berkaitan dengan bagaimana sang tokoh bersikap dalam situasi ketika tokoh harus mengambil keputusan.

- Melalui ucapan-ucapan tokoh. Dari apa yang diucapkan tokoh kita dapat mengetahui karakternya.»

- Melalui penjelasan langsung. Dalam hal ini penulis menggambarkan secara langsung karakter tokoh.»

2. Latar (Setting)

           Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut.

a. Latar Tempat

           Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.

b. Latar Waktu

          Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.

c. Latar Sosial

          Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.

3. Alur (Plot)

          Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:

- mulai melukiskan keadaan (situation);

- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJPjBr5mVppntTnJYBpOdCQIlgDKzO2I_a_F4Bf0OJHw_LpKFhKxLp2XpJLpHCC40mrx2GcGGjba06yV-sI8VcOOk9d3jWvpLsuT9UfPojcSqLq9riYMexauArGPppK2p81K7z0M0Po1XD/s1600/9.gif- keadaan mulai memuncak (rising action);

- mencapai titik puncak (klimaks)

- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement)

         Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulainya dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menengok kembali pada peristiwaperistiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur sorot balik (flashback). Selain itu, ada juga istilah alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan maka dapat mengganggu keutuhan cerita. Adapun alur longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak begitu padu sehingga apabila salah satu peristiwa ditiadakan tidak akan mengganggu jalan cerita.

4. Sudut Pandang (Point of View)

          Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.

5. Gaya Bahasa

          Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.

6. Tema

           Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.

7. Amanat

            Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya.

B. KALIMAT LANGSUNG DAN KALIMAT TAK LANGSUNG

1. Pengertian kalimat tak langsung

 Kalimat hasil kutipan pembicaaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya.

Ciri – ciri kalimat langsung

1. Bertanda petik dalam bahasa tertulis.

2. Intonasi: bagian kutipan bernada

lebih tinggi dari bagian lainnya.

3. Berkemungkinan susunan :

a. pengiring/kutipan

b. kutipan/pengiring

c. kutipan/pengiring/kutipan

4. Penulisan huruf awal kutipan dengan huruf kapital pada susunan cara ke-1, ke-2, dan kutipan pertama cara ke-3.

5. Bagian kutipan ada yang berupa kalimat tanya, kalimat berita, atau kalimat perintah.

Contoh :
Kata Desmon,” Anggel nanti pulangnya saya antar!”

“Anggel Nanti pulangkanya kamu saya antar ya?” kata Desmon.

Kata Desmon disebut kalimat pengiring.

Jikapengiring di belakang perhatikan tanda baca sebelum tanda kutib( Jika kalimat tanya dan perintah sebelum tanda kutib menggunakan tanda ? atau ! jika kalimat berita menggunakan koma. Selain itu Huruf awal di pengiring huruf kecil perhatikan contoh berikut.

1. ” Kapan bukuku kamu kembalikan?“ tanya Samid.
2. ” Belikan saya mobil baru!“ pinta Tria.
3. ” Saya akan datang nanti malam,“ kata Hamid.

1. Ayah menyuruh, “Antarkan surat

ini ke kantor Bapak!”

(pengiring/kutipan).

2. “Ayo, masuk satu-satu” gertak

polisi kepada tiga orang pencopet yang baru saja tertangkap.

(kutipan/pengiring).

Perubahan Kalimat Langsung ke Tak Langsung

Dalam perubahan bentuk ini perhatikan perubahan kata gantinya:

Langsung —>Tak Lansung
Saya —-> Dia
Kamu —–> Saya
Kalian —–> Kami
Kami —–> Mereka
Kita —–> Kami

Ada alternatif lain agar tidak menghafal :
Caranya Posisikan diri anda menjadi orang yang diajak bicara setelah itu informasikan kepada orang ketiga.
Contoh : Kata Dhani,” Coba kamu bantu saya menyelesaikan tugas ini!”
Maka anda menjadi orang yang diajak bicara Dhani,
Setelah itu ada orang lain yg bertanya : Dhani tadi bicara apa?
jawab:
Dhani mengatakan supaya saya membatu dia menyelesaikan tugas.
Jawaban anda itulah kalimat tak langsungnya.

Selamat mencoba.
1. Paman mengatakan,” Pulanglah kalian secepatnya karena sebentar lagi hujan turun.”
2. Kata Ketua Rombongan,” Terimakasih atas sambutan kalian kepada kami pada acara kunjungan kami,”

2. Kalimat Tak Lansung.
Kalimat menyatakan isi ujaran orang ketiga tanpa mengulang kata-katanya secaraCara merubah Kalimat tak langsung ke Kalimat langsung.

Ciri-ciri :

1. Tidak bertanda petik.

2. Intonasi mendatar dan menurun

pada akhir kalimat. 

3. Pelaku yang dinyatakan pada isi kalimat langsung mengalami perubahan, yakni: 

a. kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3. 

b. kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1. 

c. kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya. 

4. Berkata tugas: bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang, dan sebagainya. 

5. Bagian kutipan semuanya berbentuk kalimat berita. 

Contoh :
Webby mengatakan bahwa dia akan datang kerumahku nanti sore.
Untuk merubahnya maka anda harus :
1. Menerka kira-kira Webby bicaranya apa saat itu.
2. Ubahlah kembali ke Tak Langsung lagi sebagi cek ulang.
Hasilnya :

Kata Webby,” Saya nanti sore akan kerumahmu."

CONTOH CERPEN

TAKDIRKU

 Gerimis tak berhenti juga, ditambah dengan Tari yang sejak pulang dari sekolah tadi tak keluar-keluar dari kamarnya. Padahal jam dinding hadiah dari temannya sudah menunjukkan pukul 17.15. Itu berarti adzan magrib semakin dekat.

Tari kembali melirik buku bututnya. Aduh! Susahnya, ia membanting napas kesal isi buku yang dibacanya dari tadi belum masuk juga ke otaknya. Karena capek, ia selonjoran di kasur bunga mawarnya itu. Tapi ia malah teringat oleh mantannya. Ditariknya foto tu dari dompetnya. Huh, seandainya! Adu, dia melulu. Malas ah!

Ia sekejap langsung menyembunyikan benda kenangannya dengan Audra itu di dompetnya. Bodohnya aku! Cewek berambut panjang hitam itu mengeluh, namun penyesalan yang menginjak-nginjak batinnya nggak pergi-pergi juga. Iih, Tari menggumam. Kenapa aku dulu menyia-nyiakannya,ya? Ga dewasa, kurang bersyukur? Atau, dia yang terlalu seperti anak kecil?

Kenangan itu masih tertempel di otak Tari, saat sosok yang dikenangnya itu memberikan surat kepadanya. Surat yang isinya mengajak Tari putus dengannya. Memang sosok Audra yang seperti anak kecil, pemalu, pintar, berkulit cokelat, wajahnya yang bersih, dan bertubuh tinggi itu bukan termasuk tipe Tari. Tapi ia sulit untuk memutuskan putus atau tidak pada saat itu. Selama ini semenjak putus dengan Audra, ia sering berkhayal, berkhayal seandainya ia bisa lebih berpikir dewasa lagi. Namun yang sudah terjadi tidak bisa kembali lagi.

Daripada ia teringat dengan kekerasan bapaknya, ia mending terlintas kenangannya dengan Audra. Plak!! Batin Tari tergoncang, tamparan bapaknya ke bundanya itu sampai menggerakkan gendang telinganya. Bapak, Bapak! Cukup! Tari berlari menangis. Tak heran kalau Tari terkadang berdiam diri di kelasnya. Wajah gelisahnya membuat dirinya penuh dengan misteri. Tapi sesungguhnya ia termasuk perempuan sabar dan kuat karena ia dapat bertahan dengan kondisin keluarga seperti itu.

Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting, yang menandakan jam istirahat telah usai. Namun Tari masih tetap duduk terenung di bangkunya sampai Yanti sobatnya itu membangunkannya dari lamunannya.

“Tar!”

“Ei, kowe kok ngelamun aja toh?”

“Iya nih, lagi pusing aku.”

“Ooo, makanya kowe kok nggak sholat dhuha, biasanya kowekan rajin gitu.”

“He, itu itu Audra!” Yanti menyoel-nyoel Tari. Paan sih! Kalau kamu suka dia jangan kayak gini dong! Alah yang suka aku apa kowe, Ihiir!! Yanti menyindir sobatnya itu.

Tapi dengan kelucuan sahabatnya itu, akhirnya Tari dapat tersenyum yang sejak kemarin ia terus menangis dan bersedih karena bapaknya itu menampar bundanya yang tak sengaja mengingatkan bapaknya untuk tidak merokok dan pulang malam. Yan, aku tuh udah putus dengannya! Tari menyela sobatnya denan menahan ketawa sebab melihat wajah Yanti yang berekspresi kayak “Aming” komedian itu.

Tentu saja Tari nggak akan mengatakan ke Yanti kalau ia sedang sedih dan menangisi takdirnya. Batas bercerita tetap ada. Dan Tari tak ingin sobatnya itu bersedih lantaran kehidupannya yang menyedihkan.

Dan siang itu meskipun Tari mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, tapi pikirannya masih melayang kemana-mana. Seandainya Audra masih menjadi kekasihku! pasti masalahku akan reda dengan adanya dirinya. Huh malangnya nasibku. Eiiiiihh!! Teriakannya membuat sekelas gaduh dan kaget. Ini berawal dari Bejo yang menepuk bahu Tari.

“Tar, hihihihi, ngelamun aja, kesambet lo entar!” Bejo pura-pura tak ngerti kesalahannya. Padahal gara-gara dia Tari dipanggil ke depan oleh Bu Tartik, guru paling killer di sekolah.

“Tari! Maju ke depan.”

“Oh, My God!”

“Bilang apa kamu tadi ?”

“Ndak Bu, ndak!”

Semua teman Tari tertawa sambil menahan ketawa karena tak ingin Bu Tartik mendengar ketawa mereka, namun tidak dengan Yanti dan Audra. Mereka terlihat sedang berpikir sesuatu.

“Ono opo ya ma Tari ?”

“Iya ya, ada apa dengan Tari, apa gara-gara aku ?”

Teman sebangku Yanti dan yang tak lain adalah Audra mencetuskan kata-kata seperti itu. Dan membuat Yanti terkejut dan berpikir apa sebenarnya mereka berdua masih saling suka.

Tapi…………

Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.

“Tariiiii, kamu itu! Kalau kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya. Kamu jangan menganggu pelajaran Ibu!” muka Tari yang memerah membuat dirinya tampak habis makan 100 cabe merah keriting yang biasa dilihatnya di dapur ketika ia memasak dengan bundanya.

Tet tet tet tet tet tet…………

Untung penderitaan Tari berhenti juga, bel sekolah yang memengakkan telinga itu menyelamatkan hidupnya hari ini. Tak hanya Tari, teman-temannya juga terselamatkan. Karena mereka ingin sekali tak mengikuti pelajaran ini. Tapi begitu melihat Bu Tartik, akhirnya mereka mengikutinya.

“Duduk kamu! Ketua kelas pimpin doa!”

“Iya Bu.” Tari dan ketua kelasnya menyahut bersama. Setelah Bu Tartik keluar dari kelas, Yanti dengan tas merah stroberinya itu langsung menyambar Tari. Tar kowe kenapa?

“Iya, kamu kenapa ?”

Oh My God, Audra! Tari yang semula cemberut langsung bersinar-sinar ketika Audra menghampiri dan perhatian kepadanya.

“Aku nggak apa-apa kok Dra! Aku cuma cuma……..”

“Cuma ngelamunin kamu Dra.” Bejo menyela perkataan Tari namun Yanti membela sobatnya.

“Bejo! kowe ojo ngono.”

“Nggak nggak, aku lagi pusing aja, kamu nggak pulang Dra ?” Tari mengalihkan suasana dan itu berhasil.

“Ya uda, aku pulang dulu ya.” Audra melirik Tari dengan senyumnya yang bisa membuat Tari mabuk kepayang. Bejo pun mengikutinya dari belakang.

“Tar, kowe bener-bener pusing ta ?”

“Ehmm, nggak sih, aku tadi lagi mikirin Audra tapi gara-gara Bejo tukang usil itu, aku jadi dicereweti Bu Tartik deh.”

“Ooo, emang kowe tuh!”

“Eeemang!!!” Tari menggoda sobatnya itu dan merangkulnya agar Yanti segera pulang dengannya. Lalu mereka harus masih menunggu kendaraan warna biru berlabelkan “AMG”(Arjosari-Gadang) itu.

Jam 7 malam …………

Bapak sedang menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak biasanya bapak mau bicara dengan Tari. Tari, sini!Bapak mau ngomong. Besok akan ada keluarga teman Bapak yang mau melamarmu, jadi besok kamu harus langsung pulang setelah jam sekolah selesai.

“Tapi Pak, saya masih sekolah, masak mau dilamar.”

“Kamu bisa tunangan dulu dan setelah lulus dari kuliah, kamu baru menikah dengannya!”

Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari. Jika Bapak sudah bicara A, maka Tari harus mengikutinya. Tari tak tahu harus bagaimana, tak harus berbuat apa. Tari bingung! Tari harus bagaimana ya Allah ? Bunda mengetuk pintu kamar Tari dan setelah bunda masuk, mereka terlibat dalam pembicaraan.

“Sabar ya anakku, Bunda selalu disini menemanimu.” Mereka menangis berdua. Keesokan harinya Tari tak masuk sekolah karena untuk masuk, ia terlalu capek. Capek menangis semalaman. Ini merupakan takdir atau hanya kebetulan saja, Audra juga tak masuk. Entah apa alasannya. Di sebuah rumah di jalan araya itu, ada perbincangan antar keluarga.

“Papa, Audra tak mau dijodohkan!”

“Nak, dia baik buat kamu! Terserah alasan kamu apa, yang penting sekarang kamu siap-siap untuk sore nanti!”

“Pa!!!”

Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan sebentar lagi ia akan dilamar. Bun! Aku nggak mau pake kebaya ini, ia melempar kebaya berwarna putih jika dipakenya akan pas di badannya yang ramping itu. Bunda, aku mau dengan perjodohan ini hanya karena agar Bunda tak disakiti Bapak! Tari memperjelas alasannya kepada Bundanya. Mendadak sebuah sedan hijau masuk pelan ke halaman rumah Tari dan berhenti tepat di depan teras. Bapak menyambut keluarga itu. Namun ada yang aneh, anak laki-laki dari keluarga itu terlihat murung dan malas sama seperti Tari. Selamat datang! Silahkan masuk. Bapak mempersilahkan mereka masuk.

Dibantu dengan bunda, ia segera memakai sepatu highheels warna putih mengkilat itu dengan buru-buru. Meskipun terpaksa, Tari akhirnya keluar dan menemui keluarga pelamarnya.

Ketika Tari bertatap muka dengan anak laki-laki berjas hitam dengan kerah terbuka yang terlihat tampan saat itu, ia serasa mau pingsan di tempat. Apa kamu?kamu?? Tari terheran dengannya.

“Ya benar, aku Audra!” Dia memang Audra, mantanku. Oh, takdir macam apakah ini? Secara reflek, Tari langsung memeluk Audra dan ……………

“Tar,Aku sayang kamu!”

“Aku juga Dra, aku sayang kamu!”

 

 PELATIHAN UNTUK SISWA

1. Megungkapkan kembali isi cerita pendek dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

2.  Mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerpen tersebut.

3.   Mendiskusikan Unsur-unsur intrinsik ( tema, penokohan, alur, sudut pandang, latar, amanat ) cerita pendek yang telah dibaca.

4. Mengidentifikasi  kalimat langsung dan kalimat tak langsung yang terdapat dalam cerita pendek.


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELA

(RPP)


SEKOLAH                        :      SMA WAHID HASYIM MODEL SUMBERWUDI

MATA PELAJARAN       :      Bahasa Indonesia

KELAS                              :      X ( Sepuluh)

SEMESTER                     :      1


A. STANDAR KOMPETENSI

           Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi.


B. KOMPETENSI DASAR

            Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan diskusi.

C. MATERI PEMBELAJARAN

             1. Isi cerpen

             2. Hal yang menarik 

             3. Unsur-unsur intrinsik ( tema, alur, sudut pandang, latar dan amanat)

             4. Penggunaan kalimat langsung atau tidak langsung

D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

No

Indikator Penyampaian Kompetensi

Nilai Budaya dan

Karakter Bangsa

Kewirausahaan/

Ekonomi Kreatif

1.

Menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan kata-kata sendiri.

Bersahabat/ komunikatif

 

Kepemimpinan

 

2.

Mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan.

Tanggung Jawab

 

3.

Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, sudut pandang, latar, amanat) cerita pendek yang dibaca.

 

 

 

E. TUJUAN PEMBELAJARAN

Siswa dapat:

-          Menceritakan kembali isi cerita pendek yang di baca, baik oleh dirinya sendiri maupun temannya dengan kalimatnya sendiri.

-          Mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan yang terdapat dalam cerpen yang dibaca.

-          Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, sudut pandang, latar, amanat) cerita pendek yang dibaca.

-          Mengidentifakasi kalimat langsung dan tidak langsung yang terdapat di dalam cerpen.

F. METODE PEMBELAJARAN

       -     Penugasan

       -     Diskusi

       -     Tanya jawab

       -     Unjuk Kerja

       -     Ceramah

       -     Demonstrasi

G. STRATEGI PEMBELAJARAN

Tatap Muka

Terstruktur

Mandiri

Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek

Contoh naskah cerita pendek

Siswa menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan kata-kata sendiri

 

 

H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

No

Kegiatan Belajar

Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa

1.

Kegiatan Awal

-          Berdoa

-          Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.

Bersahabat/ Komunikatif

2.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi

-          Membaca cerita pendek

-          Menceritakan kembali isi cerita pendek yang dibaca dengan kata-kata sendiri.

-          Mengungkapkan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari karya tersebut.

Elaborasi

-          Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, sudut pandang, latar, amanat) cerita pendek yang dibaca.

-          Melaporkan hasil diskusi.

-          Mengidentifikasikan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.

Konfirmasi

-          Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui.

-          Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

Tanggung Jawab

3.

Kegiatan Akhir

-          Refleksi

-          Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

-          Berdoa

Bersahabat/ komunikatif

 

I.ALOKASI WAKTU

   4 x 40 menit

J. SUMBER PEMBELAJARAN/ALAT/BAHAN

            - Buku kumpulan cerpen : Tegak Lurus dengan Langit, Iwan Simatupang.

            - Media massa/internet : Cybersastra.com, kompas online.

K. PENILAIAN

*Jenis Tagihan

-  Tugas Individu

-  Ulangan

*Bentuk Instrumen

            -  Uraian bebas

            -  Pilihan ganda

            -  Jawaban singkat

 

 

Mengetahui,                                                                            Sumberwudi, juli 2011

Kepala Sekolah                                                                       Guru Mata Pelajaran

 

Drs. H. MASMUIN, M.Pd.I                                                   MASHURI ZAKARIYA, S.Pd.